Sidebar Ads

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 26 Mei 2016

Teori Media Online (Media Baru)


Teori media baru merupakan sebuah teori yang dikembangkan oleh Pierre Levy, yang mengemukakan bahwa media baru merupakan teori yang membahas mengenai perkembangan media. Dalam teori media baru, terdapat dua pandangan, pertama yaitu pendangan interaksi sosial, yang membedakan media menurut kedekatannya dengan interaksi tatap muka. Pierre Levy memandang World Wide Web (WWW) sebagai sebuah lingkungan informasi yang terbuka, fleksibel dan dinamis, yang memungkinkan manusia mengembangkan orientasi pengetahuan yang baru dan juga terlibat dalam dunia demokratis tentang pembagian mutual dan pemberian kuasa yang lebih interaktif dan berdasarkan pada masyarakat (http://en.wikipedia.org).

New Media atau media online didefinisikan sebagai produk dari komunikasi yang termediasi teknologi yang terdapat bersama dengan komputer digital (Creeber dan Martin, 2009). Definisi lain media online adalah media yang di dalamnya terdiri dari gabungan berbagai elemen. Itu artinya terdapat konvergensi media di dalamnya, dimana beberapa media dijadikan satu (Lievrouw, 2011). New Media merupakan media yang menggunakan internet, media online berbasis teknologi, berkarakter fleksibel, berpotensi interaktif dan dapat berfungsi secara privat maupun secara public (Mondry, 2008: 13).

Media Online disebut juga dengan Digital Media adalah media yang tersaji
secara online di internet. Pengertian Media Online dibagi menjadi dua pengertian
yaitu secara umum dan khusus :
1.    Pengertian Media Online secara umum, yaitu segala jenis atau format media yang hanya bisa diakses melalui internet berisikan teks, foto, video, dan suara. Dalam pengertian umum ini, media online juga bisa dimaknai sebagai sarana komunikasi secara online. Dengan pengertian media online secara umum ini, maka email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp, dan media sosial (sosial media) masuk dalam kategori media online.

2.    Pengertian Media Online secara khusus yaitu terkait dengan pengertian media dalam konteks komunikasi massa. Media adalah singkatan dari media komunikasi massa dalam bidang keilmuan komunikasi massa mempunyai karakteristik tertentu, seperti publisitas dan periodisitas. (M.Romli, Asep Syamsul. Jurnalistik Online: Panduan Praktis Mengelola Media Online, 2012).

Media online adalah sebutan umum untuk sebuah bentuk media yang berbasis telekomunikasi dan multimedia. Didalamnya terdapat portal, website (situs web), radio-online, TV-online, pers online, mail-online, dll, dengan karakteristik masing-masing sesuai dengan fasilitas yang memungkinkan user memanfaatkannya.

Salah satu desain media online yang paling umum diaplikasikan dalam praktik jurnalistik modern dewasa ini adalah berupa situs berita. Situs berita atau portal informasi sesuai dengan namanya merupakan pintu gerbang informasi yang memungkinkan pengakses informasi memperoleh aneka fitur fasilitas teknologi online dan berita didalamnya. Contennya merupakan perpaduan layanan interaktif yang terkait informasi secara langsung, misalnya tanggapan langsung, pencarian artikel, forum diskusi, dll. Atau yang tidak berhubungan sama sekali dengannya, misalnya games, chat, kuis, dll.(http://mediatajir.blogspot.com/2012/11/pengertian-media-online.html#)

Selasa, 24 Mei 2016

Metode Penelitian Kualitatif (Analisis Wacana)

Definisi Analisis Wacana
Analisis Wacana merupakan salah satu metode penelitian komunikasi yang digunakan untuk meneliti suatu pesan komunikasi yang digunakan untuk membentuk suatu wacana.
Menurut van Dijk, ada 3 dimensi yang membentuk suatu wacana sehingga analisis yang dilakukan terhadap suatu wacana harus meliputi ketiga dimensi tersebut, yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.

Tujuan yang bisa dicapai dari pendekatan Analisis Wacana
a.    Mendiskripsikan pembentukan wacana melalui penggunakan pesan
b.    Menggambarkan perbedaan wacana

 Teknik pengumpulan data dalam pendekatan Analisis Wacana
a.    Pada pendekatan Analisis Wacana ini teknik pengumpulan data secara interaktif yang meliputi wawancara dan observasi berperan aktif
b.    Studi pustaka

Teknik pengumpulan data dalam pendekatan Analisis Wacana
a.    Pada pendekatan Analisis Wacana ini teknik pengumpulan data secara interaktif yang meliputi wawancara dan observasi berperan aktif
b.    Studi pustaka

Intrumen Pengumpulan data
a.    Lembar koding
b.    Panduan wawancara
c.    Panduan observasi


Jenis dan Sumber data
a.    Data primer : pesan (berita, muatan media)
b.    Data sekunder : studi pustaka
c.    Sumber data : kegiatan komunikasi (interpersonal, massa) yang sudah terdokumentasi

Jenis Penelitian

Diskriptif kualitatif dan subjektif

Teori Aksi Berbicara
Makna dari aksi berbicara adalah kekuatan mempengaruhi. Menurut Searle, kita tahu maksud di balik sebuah pesan tertentu karena kita berbagi permainan bahsa sederhana yang terdiri dari sejumlah aturan yang membantu kita untuk mendefinisikan kekuatan memengaruhi dari sebuah pesan.
Dalam aksi berbicara, aturan pokok memberitahu anda apa yang harus ditafsirkan seperti sebuah janji yang berlawanan dengan sebuah permintaan atau sebuah perintah. Maksud anda sangatlah dimengerti oleh orang lain karena aturan pokok; mereka memberitahu orang lain apa yang diharapkan dari seuah aksi berbicara seperti itu. Teori aksi berbicara mengidentifikasi apa yang terjadi untuk membuat pernyataan yang berhasil, supaya maksud dapat dipahami.

Teori Analisis Percakapan
Analisis percakapan merupakan bagian dari etnometodologi, yaitu cabang sosiologi yang mempelajari bagaimana orang mengatur kehidupan sehari-hari. Karakter analisis percakapan menyangkut eksaminasi urutan pembicaraan yang sebenarnya. Yang terpenting adalah bagaimana hal-hal seperti mengajukan dan menjawab pertanyaan, mengambil alih pembicaraan, dan melindungi wajah, diungkapkan dalam bahasa.

Teori Koherensi Percakapan
Koherensi melibatkan pertanyaan bagaimana komunikator menciptakan makna. Apa yang tepat dan tidak tepat untuk menjaga percakapan berlangsung dengan baik?
Penggunaan Prinsip Lokal: Pendekatan Rangkaian. Ide pendekatan ini, yaitu percakapan memiliki serangkaian aturan-diatur tindak tutur, dan koherensi dicapai dengan memastikan bahwa setiap tindakan adalah sebuah respon yang tepat terhadap tindakan sebelumnya.
Penggunaan Prinsip Global: Pendekatan Penyimpulan-Strategi. Pendekatan ragmatis atau rasional kepada koherensi percakapan berasumsi bahwa percakapan merupakan tindakan-tindakan praktis untuk meraih tujuan. Donald Ellis mengajukan teori koherentist makna (coherentist theory of meaning) untuk membantu memahami bahwa wacana merupakan tindakan pragmatis karena komunikator menggunakan makna yang bisa dibagi. Ada tiga karakter wacana untuk memungkinkan adanya pemahaman, yaitu kejelasan (intelligibility), organisasi (organization), dan verifikasi (verification).

Teori Argumen Percakapan
Argumen merupakan sebuah percakapan karena menunjukkan bagaimana mereka mengikuti aturan koherensi rasional. Ada dua argumen dasar, yaitu membuat argumen atau pernyataan yang berisi alasan dan memiliki argumen atau pertukaran ketidaksepakatan. Sepertihalnya percakapan, argumen memiliki aturan dan rasionalitas tertentu mungkin terlihat ataupun tidak terlihat di permukaan.

Untuk mendapatkan argumen, Anda harus memberikan opini yang bisa dibantah orang lain, atau disebut pendirian (standpoint). Ada empat tahap agar argumen berjalan lancar, yaitu konfrontasi, pembukaan, pembukaan, dan kesimpulan.

Sumber :

Minggu, 22 Mei 2016

Cerita Di Balik Pagi


Kala itu langit masih gelap dan udara yang dingin sampai menusuk tulang. Terdengar suara kemlotek dari balik ruangan yang gelap. Jantung ku berdeguk keras, kaki ku bergetar melangkah perlahan menuju sumber suara itu. Ku telan ludah sambil mendekati pintu dan semakin ku dekati, dari celah-celah pintu ku lihat seorang wanita tua dengan rambut panjangnya yang terurai dan muka yang keriput. Ku lihat jam yang aku kenakan masih menunjukan pukul 03.00 dini hari, dalam hati aku berkata apa yang dilakukan wanita itu sepagi ini dalam ruangan yang gelap dan hanya cahaya lilin satu-satu nya penerangan. Wanita itu terus melanjut kan aktifitasnya suara kemlotek kembali terdengar. Tiba-tiba terdengar suara dari balik pintu itu "Sudah bangun nak" sesaat aku terdiam hanya bisa berkata "Ehh iya bu, Ibu sedang apa jam segini sendirian di tempat seperti ini" aku lihat dia hanya tersenyum dan sesaat suasana kembali menjadi hening, langkah kaki pun terdengar wanita itu menghapiri ku semakin mendekat, jantung ku semakin berdeguk kencang. "Ayo sini, bantuin Ibu bikin sarapan" suara yang keluar dari wanita itu yang ternyata adalah Ibu ku. Terlintas dalam pikiranku ternyata slama ini Ibu slalu membikin kan sarapan untuk kami selarut ini. Terasa begitu tulus dan besar cinta kasih Ibu kepada anak-anaknya.



Selasa, 03 Mei 2016

Generasi Muda Rusak Salah Siapa?

HalloPren - JASMERAH (Jangan Melupakan Sejarah) salah satu pidato yang pernah diucapkan oleh Bapak Presiden RI pertama Ir. Soekarno. Dalam dunia pendidikan, nama Ki Hadjar Dewantara pasti semua tahu dan mengenalnya. Pria kelahiran Jogjakarta 2 Mei 1889 dengan nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat merupakan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda.

Kiprah beliau dalam memajukan pendidikan di Indonesia menjadikan Menteri Pendidikan di era kepemerintahan Ir. Soekarno. Selepas peninggalan Ki Hadjar Dewantara, guna mengenang jasa beliau pada tanggal lahirnya yakni 2 Mei selalu diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional (HARDKNAS).

source : http://cdn.tmpo.co/data/2011/04/06/id_70837/70837_620.jpg

Namun apa yang terjadi dengan generasi muda saat ini, sering kali kita merasa miris dengan perilaku mereka. Usia pelajar yang seharusnya di isi dengan kegiatan positive yakni belajar dan berprestasi tetapi malah sebaliknya. Kebanyakan para pelajar mengisi waktu mereka dengan kegiatan yang negative seperti kumpul dengan genk motor, tawuran, mabok, bahkan ada yang sampek terjerumus ke dalam narkoba dan sex bebas. Berawal dari coba-coba akhirnya ketagihan, kalok nggak ikutan dibilangnya cupu lah penakut lah.

Memang usia-usia remaja merupakan usia yang rentan terhadap pengaruh lingkungan karena di usia remaja mereka sedang mencari jati diri. Pentingnya kualitas pendidikan baik di sekolahan maupun di rumah mempunyai peranan penting terhadap perilaku anak. Namun kenyataannya, orangtua yang sibuk bekerja sehingga kurang memberi perhatian kepada anak seolah-olah apa yang terjadi kepada anak-anak mereka itu menjadi tanggung jawab penuh dari pihak sekolah.

Pihak pemerintah pun seakan menekan instansi pendidikan untuk bisa menciptakan generasi muda yang berprestasi dengan merupuskan metode-metode kurikulum pendidikan tertentu. Akan tetapi sebenarnya ini tidak efektif jika pemerintah sendiri tidak meberikan peraturan-peraturan tegas kepada pihak media televisi dalam menyajikan tontonan yang bermutu.

Seperti yang kita ketahui bersama, media televisi sekarang ini menyajikan tontonan yang kurang bermutu, seperti cerita anak jalanan yang di dalam ceritanya terdapan adegan-adegan perkelahian, balapan motor liar, dan adegan-adegan percintaan. Hal ini memicu terjadinya kekerasan dalam remaja dan juga anak-anak yang menonton acara tersebut. Mereka terobsesi dengan apa yang mereka lihat dan tentunya juga akan meniru apa yang mereka lihat.

Anehnya pihak pemerintah atau Lembaga Sensor Indonesia (LSI) malah menghapus film-film cartoon yang notabelnya film-film tersebut layak dan sesuai konsumsi anak-anak tetapi tetap mebiarkan tontonan kurang bermutu seperti sinetron, juga program acara televisi lainnya yang penuh dengan bully. Tentunya content-content seperti ini jauh dari kata "mendidik".

Tidak jarang juga media massa televisi memberitakan tentang kekerasan pelajar yang sampai mengakibatkan kematian, tindakan pemerkosaan yang dilakukan pelajar, korban oplosan minuman, sampai ada yang terjaring razia di kawasan balapan liar, razia hiburan malam, bahkan razia di tempat portitusi, dan ada beberapa pelajar yang terdapati membawa narkoba.

Lantas, kalau sudah seperti ini siapa yang harus disalahkan, pemerintah, orangtua, guru, program acara televisi, atau salah remaja itu sendiri?

Tentunya ini menjadi "PR" kita bersama sebagai warga negara demi kemajuan bangsa Indonesia.